MATODUWOLO

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan pujaan hanya untuk sang penguasa hati dan seluruh jagad, tiada yang pantas disembah kecuali hanya kepada-Nya, Dialah Allah azawajallah tuhannya tuhan dan rajanya raja. Dan salam rindu teruntuk kekasih-Nya Muhammad bin Abdullah.

Blog ini di dedikasikan bagi semua pengunjung, dengan niat untuk berbagi informasi. Bukan untuk bergunjing atau memfitnah golongan atau perseorangan yang sempat termuat di blog ini. Blog ini juga diharapkan dapat memuat semua permasalahan atau isyu-isyu yang berkembang saat ini yang menyangkut segala bidang dan aspek kehiduapan, baik dalam skala global, nasional, regional maupun lokal.

Berikutnya, Insya Allah apa yang termuat dalam blok ini bisa bermanfaat bagi setiap pengunjung, paling tidak dapat menjadi payung hati yang kepanasan karena teriknya zaman atau juga dapat memayungi hati yang basah kuyup dari guyuran hujan ideologi. Satu pesan untuk kita semua "Imani diri sendiri..!!!''.

Demikian dari saya, mohon bantuan saran atau masukan lainnya yang bersifat konstruktif dari para pengunjung yang arif demi baiknya blog ini. Trimakasih atas segala dukungan atau apa pun yang menyangkut perbaikan Payung HatiQ. Setiap hamba pasti ada kurang dan lebih, kekurangan saya dan kita saat ini mungkin bisa akan lebih jika bersama saling memayungi hati. Akhirnya segala yang maha berada pada yang maha..

Wassalamu alaikum Wr. Wb.


Arman Saidi

Minggu, 10 September 2017

SENIORITAS VS SOLIDARITAS Part 1

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,,
Salah satu do'a yang rutin dibaca Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wa salam di pagi hari adalah "Allaahumma inniy as-aluka ‘ilman naafi’an warizqon thoyyiban wa’amalan mutaqobbalan". “Yaa Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal dan baik serta amalan yang diterima oleh-Mu.”(Musnad Imam Ahmad)
Ana tidak menyangka akan sekeras ini tanggapan dari senior-senior, semoga tanggapan yang keras ini bukan salah satu pertanda kerasnya hati atau matinya hati seseorang. Ana terigat dengan salah satu wejangan yang populer dan sangat relefan dengan keilmuan kita (Sarjana Kesehatan Masyarakat), "ingatlah bahwasanya didalam jasad ada segenggam daging (mudghoh) , ketika daging tersebut baik maka baik seluruh jasad, dan ketika rusak daging (mudghoh) tersebut maka rusak seluruh jasad, ingat dia adalah hati (Syarah Arba’in Nawawi).
Ana cukup paham dengan kondisi phisikologis seperti ini karena "senior selalu benar, dan jika salah, kembali kepasal 1". Jadi respon berlebih (over action) hingga bulling pasti akan muncul. Inilah yang ana takutkan dari konsep "Senioritas", dokterin jahilia yang diadopsi dari kaum kolonialis penjajah dan tak sadar telah menjadi dokma, paham dan terwariskan hingga generasi saat ini. Proses adopsi inilah yang dikemudian hari melahirkan eksis negative, yaitu orang-orang yang memiliki “sindrom senioritas”.
Senioritas secara etimologis adalah orang yang lebih tua, pengertian lebih luasnya adalah pemberian yang dikhususkan untuk orang yang lebih dituakan dalam berbagai hal, karena orang yang lebih tua biasanya dipandang lebih memiliki banyak pengalaman, kata senioritas adalah kata yang sudah sangat terkenal dalam kehidupan sehari-hari kita, baik dalam kehidupan masyarakat, lembaga pendidikan maupun tempat kerja. Dan sangat disayangkan pasti akan ada gap antara yang senior dan yang junior. Karena senioritas akan memisahkan kelompok secara sosial berdasarkan umur dalam jenjang pendidikan, pekerjaan dan lain-lain.
Namun begitulah, dalam sebuah kelompok, group atau organisasi dikenal dengan dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami. Dan sungguh sebuah keniscayaan apabila kita saling memberi masukan atau konsep pemikiran, baik itu pahit atau manis. Jadi, rileks saja menerima isue atau persoalan seperti ini (Biar mo rame kasa itu group eeyyy,,hihihihi maaf,,maaf,,maaf,,).
Sungguh sangat disayangkan jika tanggapan yang muncul adalah sebuah caci maki, bulling, cemoohan hingga marajuisme (logout). "Etah terangkanlah,,etah terangkanlah,,etah terangkanlah,,". Adapun tanggapan yang tidak nyambung dari tema seperti soal rezeki, nasib pekerjaan dan kekecewaan pribadi itu tidak profesionalis dan gagal paham. Soal rezeki dan kesuksesan itu sudah ada yang mengatur, yang saat ini dibawah belum tentu akan selalu dibawah, demikian sebaliknya (jangan sampai berbagngga diri).
Bukan pribadi yang ana counter dalam group tersebut, tapi soal konsep yang telah membudaya. Sehingganya, tanggapannya pun mestinya se kufu. Apa gunanya dalam satu kelompok jika tidak ada dinamik?. Malah tanggapan yang muncul lebih pada pembunuhan karakter seseorang. "Gimana mau maju adek-adeknya,,???". Kenapa jadi kebal keritik,,? karna lahir dari konsep yang keliru yaitu senior selalu benar. Ibarat mendidik seorang anak untuk tidak mengkambing hitamkan orang lain, namun disaat yang sama jika anak jatuh tersandung batu yang disalahkan adalah batunya. Apa hasil dari senioritas,,??? pasti ada, namun jika ditimbang-timbang lebih besar mudoratnya ketimbang manfaatnya.
Senioritas tidak berdasarkan asas keadilan, padahal seorang SKM harusnya menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Salah satu contoh konkrit adalah chat yang dilayangkan oleh senior-senior, tanpa bantahan, tidak fair. Mungkin juga karena yang mengomentari (sebagian besar) tidak pernah merasakan bagaimana menjadi Junior. Yang ditakutkan, akan berimplikasi pada watak penjilat (koprolisme) atau parahnya munafik pada diri seorang junior karena setiap pendapatnya tidak diterima oleh senior (maaf,,maaf,,maaf,,). Akhirnya, matilah nurani dan karakter dari seseorang karena konsep senioritas.
Senioritas juga melahirkan watak angkuh dan egois. Padahal dalam lingkup pekerjaan, seorang jebolan SKM harus bermitra dengan lintas profesi kesehatan lainnya bahkan profesi lain diluar kesehatan. Tidaklah menjadi win win solution jika seorang tenaga SKM hanya mau menang sendiri. Konsekwensi logis dari egoistis atau kesombongan adalah kegagalan. Kita bisa melihat sendiri bagaimana perilaku oknum yang lahir dari rahim sebuah konsep senioritas.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Luqman:18).“Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur(sombong).“ (HR. Bukhari dan Muslim).
Menanggapi soal dalil kitab suci yang dijadikan hujjah untuk menghalalkan "konsep senioritas" kurang tepat (Silahkan baca tafsir Ibnu Katsit tentang ayat tersebut). Konsep sederhana dan terbaik telah diajarkan oleh Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wa salam tentang mendidik anggota baru, menyambut tamu atau mengkader (banyak referensi ilmiah tentang relefansi ilmu kesmas dengan syariat islam). Sangat naif jika ada yang berpendapan nanti, bahwa jangan mencampur adukkan islam dengan organisasi (semoga tidak akan ada).
Meskipun (kita tahu) bahwa para sahabat adalah orang yang paling cinta kepada Rasulullah, namun mereka tidak pernah berdiri menyambut kedatangan Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wa salam, karena mereka tahu bahwa hal itu tidak disenangi Nabi Shalallohu ‘alaihi wa salam” (HR Tirmidzi, hadits hasan). Namun contoh sederhana, realita yang ada junior tidak bisa mengangkat kepala jika senior datang. Islam telah mengajarkan tentang kesetaraan, "duduk sama rendah berdiri sama tinggi".
Saudaraku yang aku cintai, ingatlah jabatan, kedudukan, ilmu, usia dan senioritas tidak layak dijadikan alasan untuk berbangga diri apalagi membusungkan dada “akulah orang besar”, akulah..akulah…akulah…!!!. Demi Allah..kedudukan dan jabatan yang kita kejar, yang kita rebutkan, yang kita iri hati karenanya, yang kita do’akan agar orang lain turun darinya dan kita menggantikannya…..semua itu bisa menjadi fitnah bagi kita, bahkan menjadi “sarana” dibenamkannya kita kedalam neraka Allah…naduzubillah…lalu apa yang kita kejar saudaraku..?? dan apa yang kita takutkan selain siksa Allah ??.
Senioritas adalah sebuah keniscayaan, akan ada adek (muda) dan kakak (tua). Namun konsep senioritas yang dianut selama ini adalah sebuah kekeliruan. Tidakkah kita memiliki cita-cita yang sama dan tentunya baik untuk bangsa ini. Lalu apa? Konsep yang seharusnya ditawarkan adalah solidaritas, bukan senioritas. Dalam Senioritas belum tentu akan ada solidaritas kalau pun ada itu jarang. Namun dalam solidaritas pasti akan menjunjung norma kesopanan, hormat menghormati antara yang senior dan junior.
Bagaimana islam mengajarkan kita tentang cara mendidik. Coba tengok kisah sahabat yang baru masuk islam, tidak ada diantara mereka yang telah lebih dulu memeluk islam merasa lebih baik dan berbangga diri, jahil pada yang baru, seenaknya membentak, bermuka masam dan kaku layaknya patung gajah mada. Tidak ada sahabat merasa "selalu benar dan tak pernah salah", harus dihormati dan diutamakan. Dalam setiap sesi harus mendapat undangan kehormatan, tidak begitu cara mendidik anak-anak baru.
Saudaraku yang mengharapkan ridho Allah, kita harus meneladani akhlaq para ulama salaf, dimana mereka ga ada yang merasa lebih hebat betapapun tinggi ilmu yang mereka miliki, bahkan ilmu kita dengan para ulama bagaikan langit dan sumur bor….jauuuh sekali tapi subhanallah, mereka sangat rendah hati, dan mereka tidak merasa lebih senior betapapun mereka lebih dahulu berbuat dalam da’wah dengan mengukir sejarah perjuangan membina umat, membela aqidah yang benar, menegakan sunnah dan aktivitas jihad mereka lebih banyak….lalu…dimanakah posisi kita jika dibandingkan dengan ulama –ulama salaf tersebut…???
Bahkan seorang sahabat senior Abdur-Rahman bin Auf sulit dibedakan dengan pelayannya, karena tidak nampak perbedaan mereka dalam bentuk lahiriyahnya”. Nabi Muhammad Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wa salam juga sangat junior (nabi terakhir) dalam sejarah kenabian, namun tahukah bahwa jika nabi Adam Alaihi salam hingga Isa Alaihi salam ada dizaman Nabi Muhammad Shalallohu ‘alaihi wa salam maka mereka pasti akan mengikuti Rasulullah.
Kita tentu tahu Imam Syafii rahimahullah, imam mazhab yang sebagian besar diikuti oleh orang Indonesia. Dan kita juga tahu siapa Imam Ahmad Hambali rahimahullah. Mereka mencontohkan sikap tawadhu yang luar biasa dan patut kita contohi. Bagaimana Imam Syafii sebagai seorang yang lebih tua (senior) dari Imam Ahmad tulus belajar pada Imam Ahmad, padahal Imam Ahmad juga mengambil ilmu dari Imam Syafii.
Pun dari sejarah kemerdekaan Indonesia bagaimana kaum muda dengan semangatnya yang berapi-api menekan kaum politisi tua (senior dalam pergerakan nasional), hingga menggema pekikan kemerdekaan diseluruh penjuru tanah air. Bung Karno tidak merasa selalu benar, dapat kita bayangkan bagaimana jika Bung Karno tidak menghiraukan usulan kaum muda. Sehingganya, Kemerdekaan ada bukan karena senioritas tapi karena solidaritas. Namun demikian, darah muda identik dengan gelora semangat yang membakar, perlu dimaklumi,,
Dan karena keteladanan dan senioritas yang positif seperti itulah yang kita harapkan, yang kita perlu contoh dan kita tegakan. Hal ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala :“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”. (QS. At Taubah : 100).
Wallahu ‘alam bishowab.

To be continue..